Ilmu Budaya Dasar
BAB 2
v MANUSIA DAN KEBUDAYAAN
Manusia
dan kebudayaan merupakan dua hal yang sangat erat dan terkait satu sama lain.
Dalam uraian ini akan dibahas tentang pengertian
dasar tentang manusia dan kebudayaan.
A.
Manusia
Manusia
memegang peranan yang unik dialam dunia ini.Dalam ilmu eksakta manusia
dipandang sebagai kumpulan dari partikel atom yang membentuk jaringan system
yang dimiliki oleh manusia.Dalam ilmu kiimia manusia merupakan kumpulan dari
berbagai system fisik yang saling terkait satu sama lain.Dalam ilmu fisika manusia merupakan kumpulan dari energy sedangkan manusia
menurut ilmu biologi merupakan makhluk biologis yang tergolong dalam golongan
mamalia.Sedangkan dalam ilmu social manusia merupakan makhluk yang ingin
memperoleh keuntungan yang sering disebut dengan homo economicus (ilmu
ekonomi).Manusia merupakan makhluk social yang tidak dapat berdiri sendiri
(ilmu sosiologi).Manusia merupakan makhluk yang selalu ingin mempunyai
kekuasaan (Politik).Manusia merupakan makhluk berbudaya atau sering disebut
homo humanus (filsafat).
Berikut ini akan menerangkan pengertian
manusia dari unsur-unsur yang membnaguyn
manusia itu sendiri.Ada dua pandangan yang dapat dijadikan acuan utnuk
menjelaskan tentang unsur yang membangun manusia.
1. Manusia
terdiri dari 4 unsur,yaitu:
·
Jasad
·
Hayat
·
Ruh
·
Nafs(diri atau keakuan)
2. Manusia
sebagai satu kepribadian yang mengandung 3 unsur ,yakni :
·
Id (struktur kepribadian yang paling primitif dan paling
tidak nampak)
·
Ego (Kepribadian
eksekutif)
·
Superego
(Kepribadian yang paling akhir)
Dari
semua unsur diatas dapat digunakan sebagai alat untuk menganalisa berbagai
tingkah laku manusia .
B.
Hakekat
Manusia
1. Makhluk
ciptaan tuhan yang terdiri dari tubuh dan jiwa sebagai satu kesatuan yang utuh .
2. Makhluk
ciptaan tuhan yang paling sempurna jika dibandingkan dengan makhluk lainnya.
3. Makhluk
biokultural yang berarti makhluk hayati
yang budayawi.
4. Makhluk
ciptaan tuhan yang terikat dengan lingkungan (ekologi ),yang mempunyai kualitas dan martabat karena kemampuan
bekerja dan berkarya.
C.
Kepribadian
bangsa timur
Ilmu psikologi bersal dan timbul dalam
masyarakat barat dimana konsep individu mengambil tempat yang sangat
penting.Biasanya menganalisis jiwa manusia dengan banyak menekan kepada
pembatasan konsep individu sebagai kesatuan analisis tersendiri.Ui subjekntuk
menghindari pendekatan terhadap jiwa manusia,sebagai subyek yang terkandung
dalam batas individu yang terisolasi maka Francis L.K Hsu seorang sarjana
Amerika keturunan Cina yang merupakan ahli ilmu antropologi,ilmu psikologi,ilmu
filsafat dan kesusastraan Cina klasik telah mengembangkan suatu konsepsi
bahwa,dalam jiwa manusia sebagai makhluk
social budaya mengandung 8 daerah
yang seolah seperti lingkaran konsentris disekitar diri pribadi.Diantaranya :
0. Lingkungan
dunia luar
1. Lingkaran
hubungan jauh
2. Lingkungan
hubungan berguna
3. Lingkaran
hubungan karib
4. Kesadaran
yang dinyatakan
5. Kesadaran
yang tak dinyatakan
6. Daerah
subsadar
7. Daerah
tak sadar
D.
Pengertian
Kebudayaan
Pengertian kebudayaan bermacam –macam
definisinya menurut sarjana –sarjana bidang social budaya diseluruh
dunia.Dikaji dari bahasa sansekerta kebudayaan berasal dari kata Budhayah yang berarti Budi atau akal.Dalam bahasa
latin,kebudayaan berasal dari kata kolere yang berarti mengolah tanah.Maka
kebudayaan secara umum diartikan sebagai
segala sesuatu yang dihasilkan oleh akal budi (pikiran)manusia dengan tujuan
untuk mengolah tanah atau tempat tinggalnya ataun kata lainnya kebudayaan
merupakan segala usaha manusia untuk melangsungkan dan mempertahankan hidup
didalam lingkungannya.
E.
Unsur-
Unsur Kebudayaan
Untuk mendalami
Kebudayaan perlu dikenal beberapa unsur dari kebudayaan itu sendiri.Secara
Universal,kebudayaan memiliki tujuh
unsur,yakni :
1. Sistem
religi (system kepercyaan )
2. Sistem
Organisasi kemasyarakatan
3. Sistem
Pengetahuan
4. Sistem
Mata Pencaharian hidup dan system-sistem
ekonomi
5. Sistem
Teknologi dan peralatan
6. Bahasa
7. Kesenian
F.
Wujud
Kebudayaan
Unsur lain yang juga penting tentang kebudayaan adalah wujudnya.
Menurut dimensi wujudnya
kebudayaan mempunyai tiga wujud yaitu :
1. Kompleks
gagasan ,konsep,dan pikiran manusia.
2. Kompleks
aktivitas
3. Wujud
sebagai benda
Ketiga wujud dari kebudayaan diatas,dalam
kenyataan kehidupan masyarakat tak terpisah satu dengan yang lain.
G. Orientasi nilai budaya
Kebuadayaan
sebagai karya manusia memiliki system nilai.Menurut C.Kluckhohn dalam karyanya
Variations in Value Orientation (1961)Sistem nilai budaya dalam semua
kebudayaan didunia secara universal menyangkut 5 masalah pokok kehidupan
manusia diantaranya :
1. Hakekat
hidup manusia (MH)
2. Hakekat
Karya Manusia (MK)
3. Hakekat
Waktu Manusia (WM)
4. Hakekat
Alam Manusia (MA)
5. Hakekat
Hubungan Manusia (MN)
H. Perubahan Kebudayaan
Masyarakat
dan kebudayaan dimanapun selalu dalam keadaan berubah.Gerak manusia terjadi
oleh karena ia mengadakan hubungan-hubungan dengan manusia lainnya.Terjadinya
gerak atau perubahan ini disebabkan oleh beberapa hal,yakni:
1. Sebab-sebab
yang berasal dari dalam masyarakat dan kebudayaan sendiri,misalnya perubahan
jumlah dan komposisi penduduk
2. Sebab-sebab
perubahan lingkungan alam dan fisik tempat mereka hidup.Masyarakat yang
hidupnya terbuka yang berada dalam jalur hubungan dengan masyarakat dan
kebudayaan lain cenderung untuk berubah lebih cepat.
I.
Kaitan
Manusia dan Kebudayaan
Secara sederhana hubungan antara manusia dan
kebudayaan adalah manusia sebagai perilaku kebudayaan dan kebudayaan merupakan
obyek yang dilaksanakan manusia.Dengan demikian manusia tidak dapat dilepaskan
dari kebudayaan,karena kebudayaan itu merupakan perwujudan dari manusia itu
sendiri.Dari sisi lain hubungan antara
manusia dan kebudayaan dapat dipandang setara dengan hubungan antara manusia
dengan masyarakat yang dinyatakan sebagai Dialektis yang berarti saling terkait
satu sama lain.Proses Dialektis tercipta melalui 3 tahap,diantaranya :
1. Eksternalisasi
2. Obyektivasi
3. Internalisasi
Analisa terhadap
keberadaan keduanya harus menyertakan pembatasan masalah dan waktu agar
penganalisaan dapat dilakukan dengan lebih cermat.
v bab
2 – Artikel terkait - mANUSIA
DAN KEBUDAYAAN
KEBUDAYAAN MASYARAKAT BUGIS
Bugis
merupakan salah satu suku yang terdapat di Indonesia, khususnya di Provinsi
Sulawesi Selatan. Suku Bugis adalah suku yang sangat menjunjung tinggi harga
diri dan martabat. Suku ini sangat menghindari tindakan-tindakan yang
mengakibatkan turunnya harga diri atau martabat seseorang. Jika seorang anggota
keluarga melakukan tindakan yang membuat malu keluarga, maka ia akan diusir
atau dibunuh. Namun, adat ini sudah luntur di zaman sekarang ini. Tidak ada lagi
keluarga yang tega membunuh anggota keluarganya hanya karena tidak ingin
menanggung malu dan tentunya melanggar hukum. Sedangkan adat malu masih
dijunjung oleh masyarakat Bugis kebanyakan. Walaupun tidak seketat dulu, tapi
setidaknya masih diingat dan dipatuhi.
A. Sistem Religi dan
Kepercayaaan
Sejak
dahulu, masyarakat Sulawesi Selatan telah memiliki aturan tata hidup. Religi
suku Bugis dan Makassar pada zaman pra islam adalah sure galigo, sebenarnya keyakinan ini telah mengandung suatu
kepercayaan pada satu dewa tunggal, biasa disebut patoto e (dia yang menentukan
nasib), dewata seuwae (tuhan tunggal), turie a rana (kehendak yang tertinggi).
Saat agama islam masuk ke Sulawesi Selatan pada awal ke-17, ajaran agama islam
mudah diterima masyarakat. Karena sejak dulu mereka telah percaya pada dewa
tunggal. Proses penyebaran islam dipercepat dengan adanya kontak terus menerus
antara masyarakat setempat dengan para pedagang melayu islam yang telah menetap
di Sulawesi Selatan.
Sekitar
90% dari penduduk Sulawesi Selatan adalah pemeluk agama Islam, sedangkan hanya
10% memeluk agama Kristen Protestan atau Katolik. Umat Kristen atau Katolik
umumnya terdiri dari pendatang-pendatang orang Maluku, Minahasa, dan lain-lain
atau dari orang Toraja. Mereka ini tinggal di kota-kota terutama di Makassar.
Bagaimana
dengan sistem religi masyarakat sampai sekarang ini? Sebagaimana kita ketahui
bahwa kebudayaan tidaklah stagnan, tetapi akan selalu mengalami perkembangan
seiring dengan tuntutan zaman. Meskipun demikian, masih banyak
kepercayaan-kepercayaan yang dianut masyarakat di masa lalu dan masih dijaga
hingga saat ini. Seperti pada acara selamatan ( orang melakukan barasanji),
kepercayaan terhadap animisme, dinamisme, dan kepercayaan terhadap hal-hal yang
dianggap keramat.
B. Sistem Organisasi
Kemasyarakatan
Suku
Bugis merupakan suku yang menganut sistem patron klien atau sistem kelompok
kesetiakawanan antara pemimpin dan pengikutnya yang bersifat menyeluruh. Salah
satu sistem hierarki yang sangat kaku dan rumit. Namun, mereka mempunyai
mobilitas yang sangat tinggi, buktinya dimana kita berada tak sulit berjumpa
dengan manusia Bugis. Mereka terkenal berkarakter keras dan sangat menjunjung
tinggi kehormatan, pekerja keras demi kehormatan nama keluarga.
Sistem
organisasi sosial yang terdapat di suku Bugis cukup menarik untuk diketahui.
Yaitu, kedudukan kaum perempuan yang tidak selalu di bawah kekuasaan kaum
laki-laki, bahkan di organisasi sosial yang berbadan hukum sekalipun. Karena
Suku Bugis adalah salah satu suku di Nusantara yang menjunjung tinggi hak-hak
Perempuan. Sejak zaman dahulu, perempuan di suku Bugis sudah banyak yang
berkecimpung di bidang politik setempat.
Salah satu bentuk organisasi
kemasyarakatan yang dianut oleh orang bugis adalah tudang sipulung (Tudang =
Duduk, Sipulung = Berkumpul atau dapat diterjemahkan sebagai suatu Musyawarah
Besar). Musyawarah ini biasanya dihadiri oleh para Pallontara’ (ahli mengenai
buku Lontara’) dan tokoh-tokoh masyarakat adat untuk membahas tentang kegiatan
bercocok tanam, mulai dari dari turun ke
sawah, membajak, sampai tiba waktunya panen raya. Tapi itu dulu. Ketika tanah
dan padi masih menjadi sumber kehidupan yang mesti dihormati dan diagungkan.
Sebelum akhirnya bertani menjadi sarana bisnis dan proyek peningkatan surplus
produksi ekonomi nasional.
C. Sistem Pengetahuan
Masyarakat bugis adalah
masyarakat yang menjunjung tinggi ilmu pengetahuan. Dilihat dari sejarahnya
bahwa masyarakat bugis telah memiliki kesusasteraan tertulis sejak berabad-abad
lamanya dalam bentuk lontara. Dimana Lontara mempunyai dua pengertian yang
terkandung didalamnya yakni:
· Lontaraq sebagai sejarah dan ilmu
pengetahuan
· b. Lontaraq sebagai tulisan
Hal ini berarti, masyarakat
Bugis memberi perhatian terhadap ilmu
pengetahuan sejak dahulu kala. Meskipun sebagian dari masyarakat awam
beranggapan bahwa sekolah itu mahal yang berarti mereka harus mengorbankan
sebagian harta mereka untuk pendidikan anak-anaknya. Tetapi realita yang nampak di hadapan kita adalah
banyak pelajar-pelajar sulawesi selatan yang pengetahuan menuntut ilmu tidak
hanya di daerah setempat, tidak juga sebatas daerah lain di Indonesia, tetapi
juga hingga tingkat internasional.
Contoh lain misalnya, dalam
kurikulum pendidikan di Sulawesi Selatan di wajibkan mempelajari bahasa daerah
hingga tingkat SMP. Hal ini diharapkan agar bahasa daerah tetap terjaga dan
tetap ada dalam keseharian masyarakatnya.
Seperti halnya yang dikatakan
oleh seorang cendikiawan Bugis yang hidup pada masanya yang bernama Nenek
Mallomo mengatakan “Naiya Ade’e De’nakkeambo, de’to nakkeana.” ( sesungguhnya
ADAT itu tidak mengenal Bapak dan tidak mengenal Anak).
D. Bahasa
Etnik
Bugis mempunyai bahasa tersendiri dikenali sebagai Bahasa Bugis (Ugi) Konsonan
di dalam Ugi pula di kenali sebagai Lontara yang berdasarkan tulisan Brahmi.
Orang Bugis mengucapkan bahasa Ugi dan telah memiliki kesusasteraan tertulis
sejak berabad-abad lamanya dalam bentuk lontar. Huruf yang dipakai adalah
aksara lontara, sebuah sistem huruf yang berasal dari Sanskerta.
Seperti
halnya dengan wujud-wujud kebudayaan lainnya. Penciptaan tulisan pun diciptakan
karena adanya kebutuhan manusia untuk mengabdikan hasil-hasil pemikiran mereka.
Kata lontaraq berasal dari Bahasa Bugis/Makassar yang berarti daun lontar.
Karena pada awalnya tulisan tersebut di tuliskan diatas daun lontar. Tiap-tiap
daun lontar disambungkan dengan memakai benang lalu digulung pada jepitan kayu,
yang bentuknya mirip gulungan pita kaset. Cara membacanya dari kiri kekanan. Lontara
Bugis-Makassar merupakan sebuah huruf yang sakral bagi masyarakat bugis klasik.
Huruf lontara tidak hanya digunakan oleh masyarakat bugis tetapi huruf lontara
juga digunakan oleh masyarakat makassar.
Contoh
pemakaian bahasa Bugis: "Makan ma'ki (silakan Anda makan)".
“Aga
tapigau?”( apa yang sedang anda lakukan?). Adapun partikel-partikel yang biasa
digunakan dalam bahasa bugis-Makassar seperti ji, mi, pi, mo, ma', di', tonji,
tawwa, pale. Contoh penggunaannya misalnya : “tidak papa ji.” (tidak apa-apa).
E. Kesenian
Bugis bukanlah sekedar salah
satu suku yang terdapat di Sulawesi Selatan,
melainkan juga sebuah identitas kultural (kebudayaan) yang menggambarkan
karakter dan ciri khas masyarakatnya. Suku bugis tidak hanya dikenal sebagai
bangsa yang keras , tetapi juga kaya akan kesenian. Hasil-hasil kebudayaan
masyarakat dalam bentuk kesenian dapat dilihat dari beberapa hal ini:
1. Rumah Adat
Rumah bugis memiliki keunikan
tersendiri, dibandingkan dengan rumah panggung dari suku yang lain. Rumah
tradisional atau rumah adat yang berasal
dari suku Bugis berbentuk rumah panggung. Bentuknya biasanya memanjang ke
belakang, dengan tambahan disamping bangunan utama dan bagian depan, dimana
orang bugis menyebutnya lego – lego.
Berikut adalah bagian – bagiannya utamanya
:
· Tiang utama ( alliri ). Biasanya terdiri
dari 4 batang setiap barisnya. jumlahnya tergantung jumlah ruangan yang akan
dibuat. tetapi pada umumnya, terdiri dari 3 / 4 baris alliri. Jadi totalnya ada
12 batang alliri.
· Fadongko’, yaitu bagian yang bertugas
sebagai penyambung dari alliri di setiap barisnya.
· Fattoppo, yaitu bagian yang bertugas
sebagai pengait paling atas dari alliri paling tengah tiap barisnya.
Bagian – bagian dari rumah bugis
ini sebagai berikut :
· Rakkeang, adalah bagian diatas langit –
langit ( eternit ). Dahulu biasanya digunakan untuk menyimpan padi yang baru di
panen.
· Ale Bola, adalah bagian tengah rumah.
dimana kita tinggal. Pada ale bola ini, ada titik sentral yang bernama pusat
rumah ( posi’ bola ).
· Awa bola, adalah bagian di bawah rumah,
antara lantai rumah dengan tanah.
Yang lebih menarik sebenarnya dari rumah
bugis ini adalah bahwa rumah ini dapat berdiri bahkan tanpa perlu satu paku
pun. Semuanya murni menggunakan kayu. Dan uniknya lagi adalah rumah ini dapat
di angkat / dipindahkan.
2. Pakaian tradisional
Pakaian
adat sulawesi selatan (bugis, makassar, mandar) adalah salah satu produk budaya
yang dibanggakan dan telah menjadi icon provinsi sulawesi selatan, yany disebut
baju bodo. Bodo gesung merupakan sebutan lain dari baju bodo. Bodo gesung
sendiri artinya baju yang berlengan pendek dan menggelembun karena pada bagian
punggungnya menggelembung. Baju bodo terdiri dari blus sebagai pakaian bagian
atas dan sarung sebagai pakaian bagian bawahnya.
3. Alat musik
· Kacapi ( kecapi)
Salah satu alat musik petik
tradisional Sulawesi Selatan khususnya suku Bugis, adalah kecapi. Menurut
sejarahnya kecapi ditemukan atau diciptakan oleh seorang pelaut, sehingga
bentuknya menyerupai perahu yang memiliki dua dawai, diambil karena penemuannya
dari tali layar perahu. Biasanya ditampilkan pada acara penjemputan para tamu,
perkawinan, hajatan, bahkan hiburan pada hari ulang tahun dan alat diletakkan
tegak di depan pemainnya.
· Gendang
Gendang merupakan alat musik
yang mempunyai dua bentuk dasar yakni bulat panjang dan bundar seperti rebana.
· Suling
Suling
bambu/buluh, terdiri dari tiga jenis, yaitu:
•
Suling panjang (suling lampe), memiliki 5 lubang nada. Suling jenis ini telah
punah.
•
Suling calabai (Suling ponco),sering dipadukan dengan piola (biola) kecapi dan
dimainkan bersama penyanyi
•
Suling dupa samping (musik bambu), musik bambu masih terplihara di daerah
Kecamatan Lembang. Biasanya digunakan pada acara karnaval (baris-berbaris) atau
acara penjemputan tamu.
4. Seni Tari
Masyarakat sulawesi selatan juga kaya akan
tari-tarian seperti:
· Tari Pakarena merupakan tarian
yangmencerminkan watak perempuan Gowa (salah satu daerah di Sulawesi Selatan) yang sopan, setia, patuh dan hormat kepada
laki-laki terutama terhadap suami.
· Tari pelangi; tarian pabbakkanna lajina
atau biasa disebut tari meminta hujan.
· Tari Paduppa Bosara; tarian yang
mengambarkan bahwa orang Bugis jika kedatangan tamu senantiasa menghidangkan
bosara, sebagai tanda kesyukuran dan kehormatan.
· Tari Pattennung; tarian adat yang
menggambarkan perempuan-perempuan yang sedang menenun benang menjadi kain.
Melambangkan kesabaran dan ketekunan perempuan-perempuan Bugis.
· Tari Pajoge’ dan Tari Anak Masari;
tarian ini dilakukan oleh calabari (waria), namun jenis tarian ini sulit sekali
ditemukan bahkan dikategorikan telah punah.
· Jenis tarian yang lain adalah tari
Pangayo, tari Passassa’, tari Pa’galung, dan tari Pabbatte.
5. Lagu Daerah
Lagu daerah propinsi Sulawesi
Selatan yang sangat populer dan sering dinyanyikan di antaranya adalah lagu
yang berasal dari Makasar yaitu lagu Ma Rencong-rencong, lagu Pakarena serta
lagu Anging Mamiri. Sedangkan lagu yang berasal dari etnis Bugis adalah lagu
Indo Logo, serta lagu Bulu Alaina Tempe.
F. Mata Pencaharian
Wilayah Suku Bugis terletak di dataran rendah
dan pesisir pulau Sulawesi bagian selatan. Dataran ini mempunyai tanah yang
cukup subur, sehingga banyak masyarakat Bugis yang hidup sebagai petani. Selain
sebagai petani, Suku Bugis juga di kenal sebagai masyarakat nelayan dan
pedagang. Meskipun mereka mempunyai tanah yang subur dan cocok untuk bercocok
tanam, namun sebagian besar masyarakat mereka adalah pelaut. Mereka mencari
kehidupan dan mempertahankan hidup dari laut. Tidak sedikit masyarakat Bugis
yang merantau sampai ke seluruh negeri dengan menggunakan perahu pinisi-nya.
Suku Bugis memang terkenal
sebagai suku yang hidup merantau. Beberapa dari mereka, lebih suka untuk berdagang dan mencoba melangsungkan
hidup di tanah orang lain. Hal ini juga disebabkan oleh faktor sejarah orang
Bugis itu sendiri di masa lalu. Dimana kebudayaan maritim dari orang
Bugis-Makassar itu tidak hanya mengembangkan perahu-perahu layar dan kepandaian
berlayar yang cukup tinggi, tetapi juga meninggalkan suatu hukum niaga dalam pelayaran, yang disebut Ade’
Allopi-loping Bicaranna Pabbalu’e dan
yang tertulis pada lontar oleh Amanna Gappa dalam abad ke-17. Bakat berlayar
yang rupa-rupanya telah ada pada orang Bugis dan Makassar, akibat dari
kebudayaan maritim dari abad-abad yang telah lampau itu.
G. Sistem Teknologi
Sistem teknologi masyarakat sulawesi selatan dapat
dilihat pada kapal pinisi yang
digunakan berlayar dan juga badik sebagai senjata tradisionalnya.
· Kapal Pinisi
Perahu Pinisi termasuk alat transportasi laut
tradisional masyarakat Bugis yang sudah
terkenal sejak berabad-abad yang lalu. Menurut cerita di dalam naskah
Lontarak I Babad La Lagaligo, Perahu
Pinisi sudah ada sekitar abad ke-14 M. Menurut
naskah tersebut, Perahu Pinisi pertama kali dibuat oleh Sawerigading,
Putra Mahkota Kerajaan Luwu. Bahan untuk
membuat perahu tersebut diambil dari pohon welengreng (pohon dewata) yang
terkenal sangat kokoh dan tidak mudah rapuh. Namun, sebelum pohon itu ditebang, terlebih dahulu
dilaksanakan upacara khusus agar penunggunya
bersedia pindah ke pohon lainnya. Sawerigading membuat perahu tersebut untuk berlayar menuju negeri Tiongkok hendak
meminang Putri Tiongkok yang bernama We
Cudai.
Kapal ini umumnya memiliki dua
tiang layar utama dan tujuh buah layar, yaitu tiga di ujung depan, dua di
depan, dan dua di belakang; umumnya digunakan untuk pengangkutan barang
antarpulau. Pinisi adalah sebuah kapal layar yang menggunakan jenis layar
sekunar dengan dua tiang dengan tujuh helai layar yang dan juga mempunyai makna
bahwa nenek moyang bangsa Indonesia mampu mengharungi tujuh samudera besar di
dunia.
Hingga saat ini, Kabupaten Bulukumba masih dikenal
sebagai produsen Perahu Pinisi, dimana para pengrajinnya tetap mempertahankan
tradisi dalam pembuatan perahu tersebut,
terutama di Keluharan Tana Beru.
· Badik
Badik atau badek adalah pisau dengan
bentuk khas yang dikembangkan oleh masyarakat Bugis dan Makassar. Badik bersisi
tajam tunggal atau ganda. Seperti keris, bentuknya asimetris dan bilahnya kerap
kali dihiasi dengan pamor. Namun demikian, berbeda dari keris, badik tidak
pernah memiliki ganja (penyangga bilah).
Badik ini merupakan senjata khas
tradisonal Makassar, Bugis dan Mandar yang berada dikepulauan Sulawesi.
Ukurannya yang pendek dan mudah dibawa kemana mana.Maka biasanya senjata adat
yang bernama Badik ini dahulu sering dipakai oleh kalangan petani untuk
melindungi dirinya dari binatang melata dan atau membunuh hewan hutan yang
mengganggu tanamannya. Selain itu karena orang bugis gemar merantau maka
penyematan badik dipinggangnya membuat dia merasa terlindungi. Badik memiliki
bentuk dan sebutan yang berbeda-beda tergantung dari daerah mana ia berasal.
Umumnya badik digunakan untuk
membela diri dalam mempertahankan harga diri seseorang atau keluarga. Hal ini
didasarkan pada budaya siri' dengan makna untuk mempertahankan martabat suatu
keluarga. Konsep siri' ini sudah menyatu dalam tingkah laku, sistem sosial
budaya dan cara berpikir masyarakat Bugis, Makassar dan Mandar di Sulawesi
Selatan. Selain dari pada itu ada pula badik yang berfungsi sebagai benda
pusaka, seperti badik saroso yang memiliki nilai sejarah. Ada pula sebagian
orang yang meyakini bahwa badik berguna sebagai jimat yang berpengaruh pada
nilai baik dan buruk seseorang.
Diposkan oleh Yulia Rahayu di 17.46
Tidak ada komentar:
Posting Komentar